Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara
- Selasa, 23 September 2025

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyoroti peluang pengembangan proyek gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME) dengan melibatkan sektor swasta.
Program ini diharapkan bisa memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG yang mencapai jutaan ton per tahun.
Sejumlah perusahaan swasta telah mengajukan proposal untuk menggarap proyek DME, yang menunjukkan nilai keekonomian cukup menjanjikan.
Baca Juga
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, menuturkan bahwa hasil kajian awal dari proposal yang masuk menunjukkan tingkat pengembalian internal (internal rate of return/IRR) di atas 15 persen. Hal ini menandakan bahwa proyek DME memiliki potensi ekonomi yang menarik dan layak untuk dikembangkan di Indonesia.
“Kalau enggak salah, investasi yang diajukan sekitar US$1,3 miliar atau US$1,4 miliar,” kata Tri pada acara CT Asia 2025 di Jimbaran, Bali. Investasi tersebut sebagian besar akan melibatkan kerja sama dengan perusahaan asal China, meskipun identitas spesifik perusahaan-perusahaan tersebut belum diungkapkan.
Tri menambahkan bahwa proyek ini juga berpotensi digarap oleh perusahaan pelat merah di bawah BPI Danantara, mengingat DME masuk dalam 18 proyek hilirisasi dan ketahanan energi yang tengah dikaji.
Program hilirisasi batu bara menjadi DME sendiri sudah digagas sejak era pemerintahan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi). Tujuannya jelas, yakni menekan ketergantungan Indonesia terhadap impor LPG, yang saat ini kebutuhan dalam negeri mencapai 8 juta ton per tahun, dengan sekitar 6,5–7 juta ton masih berasal dari impor. Dengan memproduksi DME secara domestik, Indonesia bisa meningkatkan swasembada energi dan menurunkan beban devisa akibat impor LPG.
Tri Winarno menjelaskan bahwa sejauh ini proses studi kelayakan awal atau pra feasibility study (pra-FS) untuk proyek DME sudah menunjukkan hasil positif. Namun, studi kelayakan rinci (full feasibility study/FS) masih dalam tahap persiapan. Meski demikian, optimismenya cukup tinggi karena proyek ini memiliki keekonomian yang menarik serta dukungan dari pemerintah dalam bentuk fasilitas dan kawasan ekonomi khusus yang disiapkan untuk mendukung pengembangan DME.
“Pra-FS nya sudah positif. Detail FS memang belum, tapi potensi keekonomian cukup kuat sehingga kita terus mendorong proyek ini,” jelas Tri. Jika berhasil, proyek DME diharapkan bisa menjadi salah satu tonggak penting dalam program hilirisasi batu bara, sekaligus membuka peluang investasi besar dari sektor swasta dan meningkatkan nilai tambah energi domestik.
Seiring dengan masuknya investor swasta, pemerintah juga terus menekankan pentingnya keterlibatan BUMN, sehingga proyek ini bisa dikelola secara sinergis antara pihak swasta dan pelat merah. Pendekatan ini diharapkan tidak hanya mendorong pengembangan industri energi baru dari batu bara, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang luas, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan kontribusi pajak dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor energi.
Tri juga menyinggung sejarah proyek DME yang sempat tertunda akibat mundurnya investor utama dari Amerika Serikat, Air Products, yang batal bekerja sama dengan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) pada 2023. Meskipun begitu, minat perusahaan swasta baru yang muncul saat ini memberikan angin segar bagi keberlanjutan proyek DME di Indonesia. “Proposal yang masuk cukup menarik dan kita terus mengkaji potensi kerja sama dengan investor swasta,” ujarnya.
Proyek DME juga dianggap strategis dalam konteks transisi energi. Sebagai bahan bakar alternatif dari batu bara, DME memiliki karakteristik yang lebih bersih dibandingkan bahan bakar fosil konvensional, sehingga mendukung upaya pemerintah menuju target Net Zero Emission pada 2060. Pengembangan DME diharapkan tidak hanya berkontribusi pada kemandirian energi, tetapi juga mendukung langkah-langkah transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia.
Secara keseluruhan, keterlibatan swasta dalam proyek DME membuka peluang investasi senilai sekitar Rp23,23 triliun, atau setara US$1,4 miliar, yang dapat memperkuat ketahanan energi sekaligus menurunkan ketergantungan terhadap impor. Proyek ini diharapkan menjadi salah satu solusi jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan LPG domestik sekaligus menumbuhkan industri hilirisasi batu bara di Tanah Air.
Dengan peluang ekonomi yang cukup menarik, keterlibatan investor swasta, dan dukungan pemerintah, proyek gasifikasi batu bara menjadi DME berpotensi menjadi salah satu inovasi strategis dalam pemanfaatan sumber daya energi nasional. Proyek ini sekaligus menunjukkan komitmen Indonesia untuk memanfaatkan potensi batu bara secara lebih optimal, meningkatkan nilai tambah energi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di sektor energi.

Mazroh Atul Jannah
Energika.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.
Rekomendasi
Berita Lainnya
Terpopuler
1.
Produksi Batu Bara RI 2025 Baru Capai 68 Persen
- 23 September 2025
2.
Penyaluran Rumah Subsidi FLPP Capai 178 Ribu Unit
- 23 September 2025
3.
Rekomendasi Rumah Murah di Kudus Cocok Untuk Hunian dan Investasi
- 23 September 2025
4.
Kementrian ESDM Dorong Swasta Kembangkan Proyek DME Batu Bara
- 23 September 2025
5.
Proyek Tol Bocimi Dikebut, Tersambung hingga Sukabumi Timur
- 23 September 2025